Saya baru saja
menamatkan sebuah roman legendaris karya seorang termasyhur di Indonesia, Romo Mangun
atau dikenal sebagai Y.B. Mangunwijaya. Terus terang ini pertama kali saya
membaca karya beliau, terutama karya sastra yang pertama kali ditulis lebih
tiga dekade silam, yaitu Burung-Burung Manyar. Roman ini, sebelum saya baca,
saya mengira isinya hanyalah perjuangan tokoh utama dalam era perang. Hal ini
karena saya mengetahuinya dari sekilas-sekilas info yang berseliweran di ranah
maya. Tetapi saya salah sangka, bahkan
melebihi ekspektasi saya.
Saya tahu bahwa beliau
adalah seorang pastur yang juga seorang arsitektur, begitu kata artikel-artikel
yang pernah saya baca. Nah, berangkat dari persepsi itu, saya mengira isi dari
Roman Burung-Burung Manyar malah akan banyak disisipi oleh ajaran-ajaran
teologi khas pendeta. Tetapi saya salah. Romo menulis roman ini dengan
kesadaran manusiawi yang dalam. Melewati batas-batas agama. Siapa saja yang
telah membaca karya ini pasti akan terpukau. Tidak berlebih memang roman ini banyak
mendapat tanggapan positif dari kritikus dan juga meraih berbagai penghargaan.